Sekilas Manajemen, Part 3: Sejarah Perkembangan Ilmu Manajemen - Kygion Blog

Sabtu, 01 Oktober 2022

Sekilas Manajemen, Part 3: Sejarah Perkembangan Ilmu Manajemen

Sejak zaman sebelum masehi, masyarakat sudah melaksanakan ilmu manajemen itu sendiri. Manajemen merupakan kegiatan mengelola sumberdaya atau resources untuk bisa mencapai tujuan dari organisasi atau perusahaan secara efisien dan efektif. Praktik manajemen pada zaman dulu tidak berdasarkan dengan kajian ilmiah. Seiring dengan perkembangan zaman, para ahli menganggap manajemen itu merupakan suatu kegiatan yang bisa dikaji secara ilmiah. Oleh karena itu, sekarang sudah banyak penelitian terkait tentang apa, mengapa, bagaimana manajemen bisa diaplikasikan di dalam kehidupan sehari-hari aktivitas kegiatan organisasi. 

 

 

Setiap individu yang terlibat di dalam manajamen harus bisa beradaptasi dengan pendekatan-pendekatan yang baru seiring dengan perkembangan zaman. Oleh karena itu manajemen itu selalu berkembang atau selalu dinamis. Kunci dari keberhasilan itu adalah bagaimana seseorang ingin belajar bagaimana:

- cara menjadi pemimpin yang baik

- belajar memulai perubahan ke arah yang lebih baik

- berpartisipasi dan menciptakan organisasi dengan sedikit manajer dan dengan lebih sedikit hierarki yang dapat berubah dengan cepat. 

Contohnya perbandingan lomba lari antara orang dengan bobot 100kg dengan orang yang berbobot 50kg. Orang yang berbobot lebih ringan pastinya akan memenangkan lomba lari tersebut. Sama halnya dengan organisasi, jika organisasi terlalu 'gemuk' maka akan sulit menyesuaikan dengan keadaan yang berubah-ubah. Tetapi jika organisasinya 'ramping', maka akan bisa beradaptasi dengan mudah. Maka pada zaman sekarang organisasi itu dibuat dengan seramping mungkin agar jika suatu saat terjadi perubahan di lingkungan eksternal maka organisasi secara otomatis bisa menyesuaikan dengan lebih cepat dibandingkan dengan organisasi yang 'gemuk'. 

 

 

Organisasi berubah dari waktu ke waktu mengikuti tuntutan perubahan zaman. Produsen harus bisa beradaptasi dengan selera konsumen yang berubah-ubah seiring dengan perubahan zaman tersebut. Beberapa bagian dari praktik manajemen di masa lalu masih relevan dan masih diterapkan hingga saat ini. Contohnya, 4 fungsi organisasi (planning, organizing, commanding, controlling) masih diterapkan hingga sekarang walaupun keempat fungsi tersebut sudah muncul sejak dulu. Keempat fungsi tersebut juga merupakan cerminan dari manajemen itu sendiri. Jika keempat fungsi tersebut tidak diterapkan, maka manajemen tidak akan bisa dilaksanakan.



Sejarah dari perkembangan ilmu manajemen harus dipahami agar bisa memberikan gambaran alasan mengapa kajian ilmu manajemen bisa muncul pada zaman tersebut. Dengan memahami sejarah manajemen akan mengembangkan pemahaman terkait dengan bagaimana dampak ilmu manajemen terhadap perkembangan sosial di zaman tersebut. Dengan memahami manajemen dari perspektif sejarah akan bisa membangun pemahaman dan kemampuan berfikir secara strategis serta akan bisa meningkatkan konseptual skill kita. Faktor-faktor seperti sosial, politik, dan kekuatan ekonomi merupakan faktor yang mempengaruhi perubahan organisasi dan praktik manajemen dari zaman ke zaman. Contohnya kita tidak memprediksi bahwa pandemi Covid-19 akan terjadi. Maka ketika pandemi tersebut terjadi, organisasi maupun praktik manajemen harus menyesuaikan diri bagaimana agar kegiatan kerja tetap berjalan di masa pandemi. 

- Tekanan sosial: manajemen harus bisa melakukan penyesuaian dari sisi nilai, keinginan, dan standar prilaku.

- Tekanan politik: pengaruh dari institusi lembaga politik dan hukum terhadap individu dan/atau organisasi.

- Tekanan ekonomi: tekanan yang mempengaruhi ketersediaan, produksi, dan distribusi sumberdaya masyarakat diantara pengguna yang saling bersaing.



Ilmu manajemen muncul pada periode Classical pada 1870 hingga 1940. Kemudian periode Humanistic Perspective pada tahun 1930 hinggal 1990. Jika periode Classical berbicara tentang faktor produksi sehingga lebih banyak berbicara terkait penempatan karyawan sebagai alat produksi, Humanistic Perspective kita melihat bahwa karyawan/SDM bukan hanya semata-mata sebagai alat produksi, tetapi sebagai keluarga/mitra. Management Science Perspective pada 1940 hingga 1990 melihat manajemen sebagai sebuah ilmu. Systems Theory pada 1950 hingga 2000 berbicara tentang input proses output, output akan bisa dihasilkan jika proses dilakukan dengan manajemen yang baik. Contigency Views pada 1970 hingga 2000 yang segala sesuatunya berdasarkan keinginan stakeholder, karena masing-masing stakeholder itu memiliki kepentingan yang berbeda di dalam organisasi. Total Quality Management pada 1980 hingga 2000 yang berarti jika kita memproduksi barang maka kecacatan produksi harus dihindari seminimal mungkin. The Learning Organization pada 1990 hingga 2010 mulai ada perkembangan pemahaman bahwa organisasi itu adalah organisasi yang mau belajar terhadap perubahan-perubahan yang terjadi. The Technology-Driven Workplace pada 2000 hingga sekarang dimana lingkungan kerja sekarang ini sudah tidak terlepas dari pemanfaatan teknologi. Seperti bekerja bisa dimana sada dengan adanya kehadiran aplikasi pertemuan virtual seperti Zoom.

 

 

Classical Perspective atau perspektif klasik yang muncul pertama kali pada tahun sekitar 3000 S.M. memiliki pendekatan yang rasional, pendekatan ilmiah kepada ilmu manajemen, dan membuat organisasi sebagai mesin yang berfunsi secara efisien. Pada perspektif ini muncul Scientific Management, Bureaucratic Organization, Administrative Princiles.

 

1. Scientific Management di usung oleh Frederick Taylor (1856-1915)

Pendekatan umumnya berupa:

   - Menciptakan metode standar untuk melaksanakan pekerjaan setiap pekerjaan.

   - Memilih setiap pekerja yang memiliki kemampuan yang sesuai dengan setiap pekerjaannya.

   - Melatih pekerja dengan metode standar.

   - Mendukung pekerja dengan perencanaan kerja dan mengurangi gangguan.

   - Menyediakan upah insentif kepada pekerja untuk meningkatkan output produksi.

Kontribusinya berupa:

   - Membuktikan bahwa kompensasi itu berpengaruh terhadap kinerja karyawan.

   - Tidak ada pemborosan sumberdaya maupun waktu.

   - Memprakasai studi yang cermat tentang tugas dan pekerjaan.

   - Membuktikan pentingnya sosok karyawan itu sendiri dan pelatihan yang mereka jalankan.

Kritiknya berupa:

   - Tidak menghargai konteks sosial dari pekerjaan dan kebutuhkan karyawan yang lebih tinggi akan konteks sosial tersebut.

   - Tidak mengakui perbedaan antar individu.

   - Cenderung menganggap karyawan kurang informasi dan mengabaikan gagasan mereka.

 

2. Bureaucracy Organization di usung oleh Max Weber (1864-1920)

Sebelum adanya Bureaucracy Organization:

   - Karyawan eropa hanya loyal kepada satu individu tertentu daripada pada organiasi atau misinya.

   - Sumberdaya digunakan untuk memenuhi keinginan individu tertentu daripada untuk tujuan organisasi.  

Pendekatan sistematisnya berupa: Melihat suatu organisasi sebagai keseluruhan.

Pendekatan umumnya berupa: 

   - Pembagian kerja dengan definisi yang jelas tentang wewenang dan tanggung jawab.

   - Posisi diatur dalam hierarki otoritas.

   - Manajer tunduk pada aturan dan prosedur yang akan memastikan perilaku yang dapat diandalkan.

   - Manajemen terpisah dari kepemimpinan organisasi.

   - Tindakan dan keputusan administratif dicatat secara tertulis.

   - Personil dipilih dan dipromosikan berdasarkan dari kualifikasi teknis.

 

3. Administrative Principles diciptakan oleh Henry Fayol (1841-1925) dan disempurnakan oleh Mary Parker (1868-1933) dan Chester I. Barnard (1886-1961).

Fokus dari Administrative Principles yaitu:

   - Kepentingan organisasi lebih penting dari individu

   - Menggambarkan fungsi manajemen berupa planning, organizing, commanding, controlling.

 

 

Henry Fayol menemukan 14 prinsip di dalam manajemen, yaitu:

   - Divison of Labor atau Pembagian Kerja

   - Authority atau Otoritas

   - Discipline atau Disiplin

   - Unity of Command atau Kesatuan Perintah

   - Unity of Direction atau Kesatuan Tujuan

   - Subordination of Individual Interest atau Kepentingan Individu Lebih Rendah

   - Remumeration atau Remunerasi

   - Centralization atau Sentralisasi

   - Scalar Chain atau Rantai Komando

   - Order atau Perintah

   - Equity atau Keadilan

   - Stability and Tenure of Staff atau Ketenangan Kerja Pegawai

   - Initiative atau Inisiatif

   - Espirit de corps atau Jiwa Korsa

 

 

Mary Parker Follett menyatakan bahwa sangat penting adanya tujuan utama bersama untuk mengurangi konflik di dalam organisasi. Mary Parker Follett populer di kalangan pembisnis pada zamannya, pada waktu itu ia diabaikan oleh sarjana manajemen dan pendapat-pendapatnya bertolak belakang dengan Scientific Management, dan ia berpengalaman dalam menghadapi perubahan cepat yang terjadi di lingkungan global.

 

 

Humanistic Perspective itu menekankan untuk memahami kebiasaan, kebutuhan, dan sikap manusia di tempat kerjanya. Human Perspective mulai melihat kepada Human Relations Movement yang menekankan pemenuhan kebutuhan dasar karyawan sebagai kunci peningkatan produktivitas pekerja, Human Resources Perspective yang mana menyarankan agar pekerjaan harus dirancang untuk memenuhi kebutuhan tingkat yang lebih tinggi dengan memungkinkan pekerja menggunakan potensi penuh mereka, dan Behavioral Sciences Approach. 



Abraham Maslow (1908-1970) mengemukakan Hierarcy of Needs yang menjelaskan bahwa pegawai memiliki 5 tingkatan kebutuhan. Yang paling bawah pegawai membutuhkan Physiological seperti papan sandang pangan. Diatasnya ada Safety yaitu rasa aman. Diatasnya ada Belongingness yaitu rasa memiliki. Diatasnya ada Esteem yaitu rasa menghargai. Dan paling atas yaitu Self-actualization yaitu rasa pengakuan dari orang lain. 



Douglas McGregor (1906-1964) mengemukakan Theory X&Y yang menjelaskan 2 kelompok karyawan, yaitu:

Theory X:

- Karyawan yang tidak menyukai pekerjaannya bahkan akan berusaha menghindari pekerjaannya.

- Harus dipaksa, dikendalikan, diarahkan, atau diancam dengna hukuman.

- Lebih memilih arah, menghindari tanggung jawab, ambisi yang kecil, dan ingin keamanan.

Theory Y:

- Menyukai pekerjaannya.

- Memiliki self direction dan self control yang baik.

- Mencari tanggung jawab.

- Memiliki imajinasi yang luas, mendistribusikan kekreativitasannya secara luas.

- Potensi intelektualnya hanya dimanfaatkan sebagian.



Behavioral Sciences Approach:

- Menerapkan ilmu sosial dalam konteks organisasi.

- Mengambil ilmu dari ilmu ekonomi, ilmu psikologi, ilmu sosiologi, ilmu antropologi, dan lain-lain.

- Memahami kebiasaan karyawan dan interaksinya di dalam lingkungan organisasi.

 

 

Management Science Perspective:

- Muncul setelah terjadi Perang Dunia Kedua.

- Menerapkan matematika, statistik, dan teknik kuantitatif lainnya dalam mengatasi masalah manajerial, contohnya: riset operasi menggunakan permodelan matematika.

 

 

 

System Theory yang berkembang pada tahun 1950 hingga 2000. Systems Theory berbicara mengenai input, proses, output, yang menganggap bahwa output dapat dihasilkan jika pada prosesnya disertai dengan proses manajemen yang baik. Dalam Input, proses, dan output tidak terlepas dari aspek lingkungan.

 

 

 

Contingency Views yang bermakna segala sesuatunya harus berdasar dengan keinginan stakeholders yang beragam. Penyelesaian masalah organisasi yang baik bergantung pada identifikasi manajer atas variasi kunci dalam situasi yang dihadapi. 

- Organization size: semakin besar perusahaan mengelola, maka akan semakin kompleks.

- Routineness of task technology: semakin maraknya teknologi.

- Environmental uncertainty: Ketidakpastian atau ketidakstabilan dari sisi lingkungan.

- Individual difference: latar belakang yang berbeda-beda.

 

 

Total Quality Management berarti memproduksi barang seminimal mungkin maka barang yang dihasilkan diharapkan sedikit cacatnya atau tidak cacat sama sekali (Zero Defect Concept). Terdapat prinsip-prinsip dalam TQM, diantaranya: 

- Fokus kepada konsumen atau pelanggan.

- Kepedulian terhadap perbaikan berkelanjutan.

- Fokus kepada proses kerja yang dijalankan.

- Meningkatkan kualitas dari semuanya termasuk produk final, pengiriman barang, seberapa cepat organisasi merespon keluhan.

- Mengukur setiap elemen atau variable tentang seberapa aktif kegiatan operasional organisasi.

- Memberdayakan karyawan.



The Learning Organization atau Organisasi Pembelajaran adalah organisasi yang mau belajar terhadap perubahan yang terjadi dari zaman ke zaman. Learning Organization pertama kali dipopulerkan oleh Peter Senge dalam bukunya yang berjudul The Fifth Discipline (1990). Menurut Senge, keberhasilan suatu organisasi sangat ditentukan oleh kemampuannya dalam mengembangkan institusinya menjadi organisasi pembelajaran. Senge menyarankan penggunaan 5 komponen teknologi, yaitu berupa: 

- Pemikiran Sistem 

- Penguasaan Pribadi 

- Model Mental 

- Visi Bersama

- Pembelajaran Tim 

David A. Garvin menjelaskan terdapat lima komponen yang harus dimiliki oleh organisasi pembelajar, yaitu: 

- Pemecahan masalah dengan sistematis.

- Eksperimen dengan pendekatan baru.

- Belajar dari pengalaman sendiri dan sejarah masa lalu.

- Belajar dari pengalaman dan praktik terbaik orang lain.

- Mentransfer pengetahuan dengan cepat dan efisien ke seluruh organisasi.

 

 

The Technology-Driven Workplace

Artinya orang yang bekerja didorong dan memanfaatkan teknologi. Pendekatan umumnya berupa: 

- Business to Consumer (B2C): Penjualan Produk dan Services Online.

- Business to Business (B2B): Transaksi Antar Organisasi.

- Consumer to Consumer (C2C): Pasar Elektronik Dibuat oleh Perantara Berbasis WEB.

 

 

Sumber: https://youtu.be/Cq0zGCul9WU

Kunjungi juga Web Sobat Dunia Kampus melalui link https://www.duniakampus40.net untuk mengetahui hal-hal seputar dunia perkuliahan.

1 komentar: